Rabu, 14 April 2010

Bom untuk AS Memang Sah


Miko Toro
“Jihad, adalah amalan dengan martabat tertinggi dalam Islam. Lebih tinggi daripada salat dan puasa,” kata Muhammad Iqbal alias Abu Muhammad Jibriel, di Kantor SCTV, Rabu (9/9) silam.
Akhir-akhir ini, nama Abu Jibriel sering disebut media massa Indonesia. Maklum, Putra Abu Jibriel, Muhammad Jibriel Abdulrahman alias Muhammad Ricky Ardan, ditetapkan polisi sebagai tersangka teroris, terkait pengeboman Hotel JW Marriot dan Ritz Carlton pada 17 Juli 2009.
Abu Jibriel datang ke Kantor SCTV untuk ngobrol atas undangan Klub Buku dan Film SCTV. Rombongan Abu Jibriel disambut jajaran Redaksi Liputan 6. Sambil mengutarakan pandangannya tentang jihad, Abu Jibriel membagikan buku karyanya berjudul Syubhat-Syubhat (Kerancuan) Seputar Jihad.
Abu Jibriel menegaskan, penegakan Islam tidak bisa lepas dari jihad. Pelaku jihad telah dijanjikan pahala besar berlipat ganda, dan dijamin masuk surga.
Abu Jibriel menilai, ada konspirasi internasional yang dipimpin Amerika Serikat untuk menghancurkan Islam, termasuk Islam di Indonesia. AS dan sekutunya adalah teroris yang sesungguhnya. AS memerangi Islam dengan berbagai cara, termasuk dengan menyebarkan fitnah bahwa jihad itu buruk.
Bagi Abu Jibriel, suatu jihad, apapun bentuknya, tidak mungkin buruk. Karena jihad adalah jalan Islam.
Sebagian dari diskusi berlangsung sebagai berikut:
Awak redaksi, Ariyo Ardi bertanya, “Apakah aksi-aksi Noordin M. Top juga suatu bentuk jihad?”
Abu Jibriel menjawab. AS telah menjadikan seluruh bumi ajang perang terhadap umat Islam. Jadi, jihad dengan sasaran AS bisa dibenarkan, bahkan wajib.
“Bagaimana bila sasarannya memang AS, tapi korban-korbannya adalah warga sipil? Bahkan, sebagian besar di antaranya beragama Islam?” tanya Iskandar Siahaan.
Dalam Alquran, menurut Abu Jibriel, memang ada perintah berjihad di medan perang. Selama sasaran jihad itu musuh Islam, seperti AS, jihad dibolehkan. Tapi, tentang dampak serangan itu, Abu Jibriel mengaku berbeda pendapat dengan Noordin. Bahkan bila suatu saat bertemu Noordin, dan seandainya benar Noordin berada di balik berbagai aksi pengeboman di Indonesia, Abu Jibriel mengatakan akan minta Noordin tidak meneruskan aksi-aksi itu.
Saya bertanya, “Apakah jihad terbaik memang harus dalam bentuk perang fisik?”
Menurut Abu Jibriel, sebetulnya ada 13 jenis jihad. Mulai dari jihad melawan nafsu diri sendiri, hingga jihad memerangi orang kafir. Tapi yang paling utama, memang melawan musuh Islam, secara fisik.
Bagi Abu Jibriel, hanya aturan Allah—dalam hal ini Islam—yang berhak berlaku di muka bumi. Penghalang berlakunya aturan itu, harus diperangi.
Iskandar Siahaan melanjutkan, “Bukankah ada ayat yang menegaskan bahwa tidak ada paksaan dalam Islam?”
Abu Jibriel mengakui ayat itu. Penjelasannya, ada tahapan yang harus dilalui, sebelum sampai pada keputusan perang. Tahap pertama, adalah ajakan untuk tunduk pada Islam. Penolakan, harus dibayar dengan upeti. Tapi halangan untuk menerapkan syariat Islam, harus dijawab dengan perang.
Dan siapakah yang harus menentukan, apakah sudah ada halangan untuk Islam? Ini memang belum sempat dibahas dalam diskusi. Tapi Abu Jibriel menyatakan bisa menerima tafsiran bahwa seluruh muka bumi adalah medan perang jihad.
Moh. Samsul Arifin bertanya, “Apakah organisasi Jamaah Islamiyah memang punya dasar untuk melancarkan aksi bom?”
Abu Jibriel menegaskan, istilah Jamaah Islamiyah sebetulnya hanyalah rekaan peneliti masalah terorisme Sidney Jones. Tapi tentang aksi bom itu sendiri, bagi Abu Jibriel, memang sah-sah saja. Pengeboman, adalah salah satu cara berperang.
Saya bertanya, “Mungkinkah ada kebenaran di luar apa yang Anda yakini?” Saya mengilustrasikan sosok Nasir Abbas, mantan Ketua Mantiqi III Jamaah Islamiyah sekarang lebih sering membantu polisi Indonesia, melawan aksi-aksi mantan rekan-rekannya. Nasir Abbas akhirnya beranggapan, jihad harus dilakukan dengan dakwah, bukan dengan kekerasan.
Bagi Abu Jibriel, rupanya kebenaran di luar pemahamannya sama sekali tidak mungkin. Dalam pandangan Abu Jibriel, Nasir Abbas sudah rusak. Orang seperti Nasir Abbas, tidak mungkin jujur. “Dapat wangsit dari mana dia?” tukas Abu Jibriel tentang pandangan Nasir Abbas.
Sebelum acara diskusi ditutup saya sempat bertanya, “Apakah Anda setuju pembentukan negara Islam di wilayah Indonesia?”
Menurut Abu Jibriel, sebutan ‘Negara Islam’ tidak terlalu penting. Yang utama adalah penerapan syariat Islam. Hal itu, memang wajib diperjuangkan. Dan Indonesia, jelas-jelas tidak menerapkan syariat Islam.

Sumber : klub buku dan film sctv

Tidak ada komentar:

Posting Komentar