Rabu, 24 Maret 2010

Kebanggaan seorang Ibu

Beberapa tahun yang silam, seorang pemuda yang terpelajar dari semarang sedang berpergian naik pesawat ke Jakarta. Disampingnya duduk seorang ibu yang sudah berumur. Si Pemuda menyapa, dan tak lama mereka terlarut dalam obrolan ringan.
"Ibu ada acara apa pergi ke Jakarta?" tanya si Pemuda. "Oh, saya mau ke Jakarta terus connecting flight ke Singapore nengokin anak saya yang kedua." jawab Ibu itu.
"Wouw... hebat sekali putra ibu." Pemuda itu menyahut dan terdiam sejenak, pemuda itu merenung. Dengan keberanian yang didasari rasa ingin tahu pemuda itu melanjutkan pertanyaannya.
"Kalau tidak salah, anak yang di Singapore tadi, putra yang kedua ya Bu? Bagaimana dengan kakak dan adik-adiknya?"
"Oh ya tentu" si Ibu bercerita, "Anak saya yang ketiga seorang dokter di Malang, yang keempat kerja di Perkebunan di Lampung, yang kelima menjadi arsitek di Jakarta, yang keenam menjadi kepala cabang bank di Purwekerto, yang ketujuh menjadi dosen di Semarang."
"Hebat ibu ini, bisa mendidik anak-anaknya dengan sangat baik, dari anak kedua sampai anak ketujuh." batin si Pemuda.
"Terus bagaimana dengan anak pertama Ibu?" tanya pemuda itu lagi.
Sambil menghela nafas panjang , ibu itu menjawab "Anak saya yang pertama menjadi petani di Godean Jogja nak, Dia menggarap sawahnya sendiri yang tidak terlalu lebar."
"Maaf ya Bu...kalau ibu agak kecewa denga anak pertama ibu, adik-adiknya berpendidikan tinggi dan sukses di pekerjaannya masing-masing, sedang dia hanya mejadi petani." Tanggap si pemuda.
Dengan tersenyum ibu itu menjawab, "Ooo tidak, tidak begitu nak. Justru saya sangat bangga dengan anak pertama saya, karena dialah yang membiayai sekolah semua adik-adiknya dari hasil dia bertani."


Sumber : AJB Bumiputera 1912

Tidak ada komentar:

Posting Komentar